Thursday, August 22, 2013
Rasa ini telah menjadi puing
Berserakan di lantai dasar hati
Namun biarkan saja apa adanya..
Biarkan mengotori jiwa
Agar menjadi saksi atas cinta
Agar menjadi catatan di benak
Akan kuingat semuanya
Saat kau mencoret-coret dinding hati
Saat kau menghancurkan tembok cinta
Dan kau lakukan itu dengan tersenyum
Tawamu tak pedulikan tangisku
Candamu tak pedulikan ratapku
Sekarang pergilah..
Bahagialah…
Jangan melihat aku lagi…
Lepaskan semua tentang aku..
Biarkan aku begini..
Biarkan aku sendiri..
Cinta ini akan kujaga meski tinggal puing
Rindu ini akan kusimpan meski telah hancur
Biarkan semuanya menjadi pahit di hati
Lukisan rasa yang kau iris masih terpasang
Mawar layu itu masih di tempatnya
Biarkan aku yang menanggungnya
Jika suatu saat kau menyesal
Jika suatu saat kau kembali
Aku bersedia menerimamu
Aku bersedia memelukmu
Bukan untuk mencintaimu
Tapi untuk menyiksamu lebih hebat
Aku tak seperti yang kau pikir
Aku tak selemah yang kau kira
Aku bukan Barbie kesayanganmu
Aku manusia yang punya hati
Aku manusia yang punya cinta
Aku juga manusia yang punya rasa benci
selamat malam …
entah mengapa
malam ini aku terbangun
terlepas dari bunga tidur
kubuka sedikit jendela kamar
tuk melihat taburan bintang
yang selalu menerangi langit tanpa matahari
dan tak kan lepas dari cerita sang malam
seperti dirimu ….
tak pernah lepas dari mimpiku
yang menghiasi cerita tentang diriku
Friday, August 16, 2013
sebagai gelincir puisi dari mataku
terimalah dengan sepenuh jiwa
agar tiada lagi rasa takut dan kecemasan
terimalah dengan peluk dan dekap
hingga kau rasakan degup jantungku
menyeru namamu sepenuh jiwa
menyerumu sepenuh cinta
menyerumu sepenuh semesta
diriku yang terhuyung
dengan segala luka di dada
memahat huruf dengan jemari hingga
bergelincir puisi dari mataku
bergelincir di tebing pipi
menelusuri peta-peta rahasiamu
Ketika Tuhan membukakan pintu batin dua insan
Ketika Tuhan menghembuskan kasih sayang
Ketika dua batin yang berbeda bersua
Ketika dua fikiran menemui persamaan
Disaat jalan-jalan dari berbagai penjuru berlawanan arah bertemu
dipersimpangan
Bagai perahu merapat ke dermaga
Bersama bersimpuh dihadapan Tuhan
Saling mengikat janji suci atas namaNya
Lelah dan letih saling mencari
Mengarungi samudera, tebing terjal bersama didaki
Laksana pujangga pecinta bersyair
Bak pejuang asmara berpetualang
Telah selami lubuk samudera hati
Telah didaki tebing terjal sanubari
Telah arungi gurun kering batin
Telah jejaki kebekuan
Kutemukan
Dikala peluh keletihan melemahkan
Dalam dahaga gersangnya gurun pasir
Kau hadir bak mata air segarkan raga
Disaat terombang-ambing ditengah ganasnya badai samudera
Kau ulurkan jemarimu meraihku
Menyelamatkan
Perpisahan ini hanya sesaat
Tapi indah di kenang
Mungkin ...
Getaran itu akan lenyap dalam musim
Tapi percayalah,
Engkau adalah kekasih terindah
Memberi warna dalam hidup
Tak pernah ada rasa sesal
Tak ada rasa penyesalan
Mimpi dan kenyataan itu
Adalah nyawa perjalanan
Ucapkan lah,
Kata terakhir,
Kau merindukan
Meski ku tak bisa melihat
Meski ku tak bisa menyentuh
Meski ku tak bisa mendengar
Meski ku tak bisa merasakan
Getaran itu lagi
Subscribe to:
Comments (Atom)