Embun….
adakah tetesnya membasahi setiap relung dahaga
apakah beningnya pancarkan cahaya cerah
akankah sejuknya menyemangati kala letih
Embun….
jiwa yang menyejukkan mata
hikmah yang menenangkan gelisah
tetes air yang membasahi dahaga
perjalanan yang membawa pada syukur
masa yang membangkitkan semangat
Embun….
seperti janjimu, jiwa ini bagi mereka yang membutuhkan
meski tawa dalam pedihku
jika itu adalah kebahagiaan mereka
maka sebagaimana embun hadir di kala fajar
aku pun akan tersenyum apapun keadaanku
janji Sang Embun
Sunday, November 11, 2012
Cinta ...
aku tertawa meneriakkannya
hanya bisa tergelak
hadirnya menjelma bagai peri
memancarkan cahaya
membuai bagai alunan nada di dini
seiring kicau burung
terselip desau angin berbisik
entah dari mana
haruskah ku menangis?
karena ia telah mengiris hati
hingga sayatannya berdarah
mengalir ke jalan panjangku
yang sarat dengan liku
mengapa kini aku bimbang akan cinta?
yang telah mengajariku kesabaran
juga ketabahan
Bahkan cinta kini ada di ujung cemara
kala pandang kubuang jauh ke atas sana
masihkan tersenyum wajah yang dulu membuat terpana?
masihkah bersinar senyum nan mempesona?
ah...nyanyian hati ini masih saja seperti kemarin
ketika tak sengaja kutemukan nyata semua mimpi
saat tiba-tiba ada hadirmu di setiap langkahku
menyapa pagi
menyentuh malamku
atau sekedar menatap wajahku
cemara masih menjulang seperti biasa
ia geraikan daunnya kala angin menerpa
jatuhkan saja satu di atas kepala ku
karena ia pasti akan membuang
dan menggantinya dengan sekuntum bunga
meski setelah itu pergi
kala pandang kubuang jauh ke atas sana
masihkan tersenyum wajah yang dulu membuat terpana?
masihkah bersinar senyum nan mempesona?
ah...nyanyian hati ini masih saja seperti kemarin
ketika tak sengaja kutemukan nyata semua mimpi
saat tiba-tiba ada hadirmu di setiap langkahku
menyapa pagi
menyentuh malamku
atau sekedar menatap wajahku
cemara masih menjulang seperti biasa
ia geraikan daunnya kala angin menerpa
jatuhkan saja satu di atas kepala ku
karena ia pasti akan membuang
dan menggantinya dengan sekuntum bunga
meski setelah itu pergi
Subscribe to:
Comments (Atom)